Menyapih dengan Kasih

Momen menyusui adalah salah satu momen yang menantang dan berkesan bagi setiap Ibu. Begitu pula bagi anak, momen menyusu bukan hanya tentang memenuhi nutrisi, tapi juga sebagai momen anak menguatkan bonding dengan Ibu, mencari keamanan dan kenyamanan dalam pelukan Ibu, dan seringkali — pengantar tidur paling nyaman dan paling ampuh. Namun tentu saja anak tidak dapat selamanya menyusu. Saat anak mendekati usia 2 tahun, Ibu harus menyiapkan diri untuk menyapih anak.

Bagi saya pribadi, awalnya ide tentang menyapih anak terdengar sulit dan menantang. Anak saya tipe yang suka sekali menyusu –dan saya juga senang menyusui dia, haha. Dia tipe yang tidak bisa tidur sebelum disusui. Kalau lagi bosan, ia akan minta menyusu. Kalau habis jatuh/kejedut juga pasti minta menyusu. Wah, saya awalnya nggak tega membayangkan bahwa dia harus berhenti menyusu. Saya khawatir proses penyapihan akan menjadi hal yang menyakitkan dan berat untuknya. Saya khawatir dia tantrum dan trauma dengan proses penyapihan. Maka dari itu, sebelum menyapih saya banyak membaca cerita penyapihan dari buku/media sosial, ikut kelas seputar penyapihan, dan bertanya pada teman-teman yang sudah menyapih anaknya terlebih dulu.

Knowledge is power, really. Setelah mencari informasi dari berbagai sumber, saya mencoba beberapa tips agar proses penyapihan berjalan lancar dan minim trauma. Berikut ini tips menyapih yang saya rangkum dari pengalaman saya menyapih anak pertama, yang Alhamdulillah, berjalan lancar 🙂

Siapkan Diri bahwa Anak Tidak Akan Menyusu Lagi

Kegiatan menyusu melibatkan 2 pihak; ibu dan anak. Sebelum memulai proses menyapih, pastikan Ibu siap secara mental dan niatkan dalam hati untuk mencukupkan masa penyusuan anak. Anak dapat menangkap keragu-raguan Ibu. Jika Ibu belum sepenuhnya ikhlas menghentikan proses penyusuan, respon anak akan menolak ketika diminta berhenti menyusu. Jadi, pastikan baik Ibu maupun anak sama-sama ridho dan sepakat untuk disapih.

Sounding, Sounding, Sounding!

Penting banget untuk sounding ke anak tentang perubahan yang akan dia alami karena fitrahnya anak suka pada keteraturan. Menyusu sudah menjadi keteraturan bagi bayi, sedangkan saat disapih anak akan kehilangan hal yang selama ini menjadi rutinitasnya. Dengan sounding, anak akan lebih aware bahwa akan ada perubahan yang terjadi pada dirinya dan meminimalisir kemungkinan anak tantrum karena merasa keteraturannya terganggu. Sounding bisa dilakukan kepada anak sejak 1-2 bulan sebelum anak mulai disapih. Ibu dapat mengulang-ulang kalimat sounding setiap kali anak minta menyusu. Dulu, saya sounding ke anak setiap dia menyusu sebelum tidur dengan mengulang-ulang kalimat ini:

“Nak, satu bulan lagi kamu belajar tidur tanpa nen yaa. Bobonya sambil dipeluk/digendong aja ya. ASI Mama juga sudah mulai sedikit, Nak. InsyaAllah meski sudah ngga nen, Mama tetap sayang sama kamu,”

Saat di-sounding, anak mungkin terlihat cuek/tidak mendengarkan/tidak mengerti, tapi tidak apa-apa, Bu. Tetap sounding kepada anak, sesungguhnya anak itu pintar dan bisa memahami maksud kita 🙂

Kerjasama dengan Pasangan dan Anggota Keluarga Lainnya

Dukungan dari Ayah dan anggota keluarga lainnya (jika Ibu masih tinggal bersama orang tua/mertua, misalnya) sangat penting karena proses menyapih adalah momen yang berat bagi Ibu secara fisik maupun emosi. Sebelum menyapih anak, sepakati waktu dan metode menyapih yang akan dilakukan. Siapkan waktu setidaknya 3 hari untuk berfokus pada proses penyapihan anak. Pilih waktu ketika Ayah tidak sedang hectic/ada deadline di kantor dan semua anggota keluarga dalam kondisi sehat sehingga proses penyapihan tidak menimbulkan stress bagi Ayah maupun Ibu.

Selama proses penyapihan, Ayah dapat mengajak anak bermain untuk menghabiskan energinya, membantu memahamkan ke anak untuk berhenti menyusu, bergantian menggendong anak untuk membantunya terlelap, membantu menenangkan anak, membantu memijat Ibu, dsb.

Siapkan Stamina untuk Menemani Anak Bermain

Energi anak yang besar perlu disalurkan agar saat masuk waktu tidur, anak sudah mengantuk dan lebih mudah diajak tidur. Selain itu, anak butuh disibukkan dengan kegiatan yang menarik agar “lupa” pada bahwa dia ingin menyusu. Ibu dan Ayah bisa bergantian menemani anak bermain, seperti bermain bola/sepeda, berjalan-jalan di sekitar rumah, berenang, dsb. Namun, pastikan anak tidak sampai overstimulasi sehingga terlalu lelah karena hal ini malah akan membuat anak lebih susah tertidur.

Siapkan Camilan untuk Anak

Berhenti menyusu berarti ada asupan harian anak yang butuh diganti dengan asupan lain seperti camilan. Ibu dapat menyiapkan camilan tinggi kalori bagi anak seperti macaroni schotel, puding roti, siomay, puding susu, dsb. Dengan begitu, anak lebih mudah tidur karena perutnya kenyang.

Nah, itu dia beberapa tips yang dapat saya bagikan untuk menghindari drama tantrum saat menyapih anak. Tentu tidak menjamin 100% bahwa proses penyapihan akan berjalan muluuuuuus tanpa hambatan. Tapi semoga dengan menerapkan tips-tips ini dapat mewujudkan proses penyapihan penuh kasih yang tidak menimbulkan trauma bagi anak.

Author: maryamzk

Maryam Zakkiyyah- a stay-at-home mom who writes to share her thoughts, ideas, and aspiration about motherhood and literacy issues. Hope you can enjoy reading her articles and care to give feedbacks on her ideas. Cheers!

Leave a comment